Sejarah Panjang Dota 2 dan The International

Sejarah Panjang Dota 2 dan The International: Berawal berasal dari Mod Sampai Jadi Langganan Rekor Hadiah Turnamen Esports Terbesar Dunia

Di Indonesia, skena esports berasal dari Dota 2 barangkali udah diakui hidup segan mati tak mau. Pasalnya, di Tanah Air, game esports yang populer sesungguhnya mobile game. Karena itu, jangan heran jika tidak banyak organisasi esports yang punyai tim dota2 atau game PC lainnya sementara ini. Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri bahwa Dota 2 senantiasa merupakan tidak benar satu game esports yang sukses di dunia. Buktinya, The International senantiasa memecahkan rekor jumlah hadiah terbesar di dunia tiap-tiap tahunnya. Tak hanya itu, walau diluncurkan resmi delapan tahun lalu, Dota 2 senantiasa punyai pemain aktif bulanan sampai ratusan ribu orang. Berikut histori perihal Dota 2 dan bagaimana The International bisa jadi turnamen global yang diselenggarakan tiap-tiap tahun.

Sejarah Dota 2

Semua berawal berasal dari Aeon of Strife, yang diakui sebagai “game” MOBA pertama. Aeon of Strife merupakan mod buatan fans untuk StarCraft: Brood War. Mod itu jadi terlalu populer sehingga Blizzard pun memasukkannya ke Warcraft 3. Pengalaman bermain Aeon of Strife sesungguhnya tidak persis serupa dengan game-game MOBA yang tersedia sementara ini. Namun, game tersebut senantiasa punyai gameplay basic yang serupa seperti kebanyakan MOBA. Misalnya, target pemain di dalam Aeon of Strife tetaplah menghancurkan markas musuh. Selain itu, peta di dalam game itu terhitung punyai tiga lini, serupa seperti peta di dalam game MOBA lainnya. Hanya saja, di Aeon of Strife, satu tim memuat empat orang dan bukannya lima orang. Selain itu, musuh yang wajib dihadapi oleh para pemain adalah AI dan bukannya pemain lain, seperti yang disebutkan oleh kami.

Jika Aeon of Strife jadi cikal akan berasal dari genre MOBA, Defense of the Ancients (DotA) merupakan awal berasal dari Dota 2. Sama seperti Aeon of Strife, DotA terhitung merupakan mod. DotA dibuat modder Kyle “Eul” Sommer untuk Warcraft 3. Mod DotA udah terlalu serupa dengan game Dota 2 yang tersedia sekarang. Di DotA, lima pemain akan melawan lima pemain lainnya. Tim yang menang adalah tim yang bisa menghancurkan markas musuh lebih dulu. Walau mod DotA populer, Eul memastikan untuk meninggalkannya. Dia justru coba untuk membuat sekuel berasal dari DotA. Namun, proyek tersebut gagal. Pada akhirnya, Eul akan menyerahkan kepemilikannya atas DotA terhadap Valve.

Kesuksesan mod DotA menginspirasi banyak orang untuk membuat game serupa. Dari seluruh game yang muncul, hanya DotA: Allstars yang sukses. DotA: Allstars terhitung dibuat oleh seorang modder, yakni Steve “Guinsoo” Feak. Nantinya, game inilah yang jadi basic berasal dari Dota 2 yang kita kenal sekarang. Faktanya, Allstars terhitung sering diakui sebagai DotA orisinal. Alasannya, game itu tidak hanya jadi basic berasal dari Dota 2, tapi terhitung digunakan di dalam pertandingan profesional.

Setelah sukses dengan Allstars, Guinsoo dan Steve “Pendragon” Mescon — yang membuat pusat komunitas DotA — memastikan untuk masuk ke Riot Games dan membantu mereka mengembangkan League of Legends. Mereka meninggalkan DotA: Allstars di tangan IceFrog. Dalam histori Dota 2, IceFrog punyai peran penting. Memang, dia tidak membuat Allstars berasal dari nol atau merombak game tersebut, tapi, dialah yang membuat konten baru untuk Allstars sesudah Guinsoo dan Mescon pergi. Tak hanya itu, dia terhitung memastikan bahwa gameplay Allstars senantiasa sepadan dan tidak tersedia cii-ciri yang terlalu overpowered.

Saat itu, kesuksesan DotA murni berkat fans. Game tersebut dibuat oleh fans dan jadi besar dikarenakan fans. Namun, keadaan berubah ketika League of Legends diluncurkan terhadap 2009 dan Heroes of Newerth terhadap 2010. Peluncuran ke-2 game itu tunjukkan bahwa genre MOBA punyai potensi besar. Jika DotA mendambakan senantiasa eksis dan bisa berkompetisi dengan game-game MOBA lainnya, game itu butuh dukungan berasal dari perusahaan game besar.